Haruskah BBM Subsidi Dihapuskan dari Negeri Indonesia Ini?

Seperti yang kita sering lihat di televisi tentang rencana penghapusan bahan bakar minyak / BBM oleh pemerintah, dalam hal ini memang pemerintah harus mengambil sikap apakah menaikan harga BBM bersubsidi atau benar-benar menghapuskan subsidi tersebut.

Terlepas dari itu diperlukan pengawasan yang lebih baik tentang siapa yang dapat menggunakan BBM bersubsidi karena banyak sekali celah yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang seharusnya tidak boleh menggunakan BBM bersubsidi.

1. pembatasan-bahan-bakar-minyak-bbm-bersubsidi

VIVAnews – Habisnya persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di beberapa SPBU di daerah merupakan konsekuensi dari pengaturan kuota yang diterapkan.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir, dalam siaran persnya, Minggu 24 Agustus 2014 menjelaskan, persediaan Pertamina masih cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir tahun. Karena itu, dia menegaskan, ketidaktersediaan BBM bersubsidi saat ini bukan suatu kelangkaan.

Adapun Stok BBM yang ada di Pertamina berada pada level di atas 18 hari kebutuhan nasional. “Habisnya alokasi harian BBM bersubsidi di SPBU pada sore hari merupakan konsekuensi logis dari pengaturan penyaluran BBM bersubsidi sesuai dengan sisa kuota yang telah ditetapkan dalam UU APBN-P 2014,” kata Ali.

Saat ini, kata dia, Pertamina mulai mengatur kuota BBM bersubsidi untuk memastikan agar kuota Solar dan Premium cukup hingga akhir tahun sesuai dengan amanat UU No.12 Tahun 2014 tentang APBN 2014.

Kuota yang ditetapkan dalam APBN-P sebesar 46 juta kilo liter, berkurang dari yang ditetapkan dalam APBN 2015 sebesar 48 juta kilo liter.

Lebih lanjut Ali mengatakan, APBN-P 2014 tegas mengamanatkan kuota BBM bersubsidi tidak boleh melampaui batas yang telah ditetapkan. Dengan kondisi tersebut maka hanya ada dua pilihan yang bisa dilakukan Pertamina.

Pertama yaitu menyalurkan BBM bersubsidi secara normal dengan konsekuensi kuota BBM bersubsidi habis sebelum akhir tahun, yaitu pertengahan November untuk Solar dan pertengahan Desember untuk Premium.

“Pilihan itu mempunyai konsekuensi bahwa pada akhir tahun masyarakat harus membeli BBM non subsidi,” ujarnya.

Sementara pilihan kedua, adalah mengatur volume penyaluran setiap harinya sehingga kuota BBM bersubsidi bisa cukup hingga akhir tahun.

Secara teknis,Pertamina memutuskan untuk mengambil opsi pengaturan BBM bersubsidi secara prorata sesuai alokasi volume BBM bersubsidi untuk masing-masing SPBU dan lembaga penyalur lainnya yang telah dilakukan terhitung sejak 18 Agustus 2014.

Namun, Pertamina menurutnya tetap menjamin ketersediaan BBM non subsidi. Sehingga kebutuhan masyarakat akan BBM tetap dapat terpenuhi.

“Untuk tetap menjamin ketersediaan BBM di masyarakat, Pertamina menyediakan BBM non subsidi yang meliputi Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, dan Solar non subsidi,” Imbuhnya.

Dengan kebijakan ini, Pertamina mengharapkan pengertian masyarakat pengguna agar implementasinya dapat berjalan lancar dan persediaan BBM bersubsidi dapat cukup hingga akhir tahun.

“Dengan pengaturan ini, sangat diharapkan pengertian dan kesadaran masyarakat pengguna mobil pribadi mulai membiasakan diri menggunakan BBM non subsidi,” ungkapnya mengimbau.


Dari cerita di atas, memang pertamina yang mengambil langkah untuk membatasi pasokan BBM bersubsidi agar cukup sampai akhir tahun ini. Yang menarik adalah mengenai fakta di lapangan, seperti yang diceritakan pada artikel di bawah ini.

Sekedar sharing dari Newbie untuk anda yang di Jawa agar lebih bersyukur dan bersabar, saya dulunya tinggal di Jawa yang merasakan kemudahan fasilitas umum, karena kebutuhan mencari sesuap nasi akhirnya harus melancong ke luar Jawa.

Di sini saya merasakan ganasnya persaingan untuk mencari setetes BBM terutama solar.

Ini pengalaman pertama saya untuk mencoba mendapatkan full tank Solar, Mobil saya berada pada urutan terbelakang, di sebuah SPBU di suatu kota di Sulawesi Tenggara.

Mobil saya L300, coba tebak di urutan itu saya berangkat jam berapa? Pukul 06.00 pagi saya sudah berangkat itu pun sudah masuk urutan belakang.

Trus pertanyaannya yang di depan masuk antrian jam berapa?

Mereka biasa standby mobil jam 10-12 malam hari sebelumnya untuk masuk di antrian di depan SPBU bahkan sebelum pagar SPBU terbuka, dan mobil-mobil bobrok ini ditinggalkan pemiliknya pulang.

Di hari pertama antri saya merasa dalam hati, “ah.. palingan antri begini cuma sebentar..”

Jam 8.. 9.. 10.. kok belum mengisi2 juga? saya tanya operator

“sebentar, truk solar belum datang”

“biasanya jam berapa? mungkin sebentar datang”

wow… lama juga ya.. kirain ga diisi karena operatornya belum datang.

sekitar beberapa menit kemudian truk solar yang diidam-idamkan akhirnya datang membawa 5000 liter solar, jatah satu hari untuk satu SPBU.

perkiraan saya 5-7 mobil paling lama cuma setengah jam mengantri.

sampai akhirnya waktu berlalu jarum jam menginjak pukul 11.. hingga kumandang adzan dhuhur menggema mobil saya belum juga masuk pengisian.

Ada apa ini? kenapa mengisi lama sekali padahal cuma beberapa mobil. Akhirnya saya melihat ke operator dan, WTF ternyata 1 mobil bisa mengisi sampai 1,5 juta hingga 2 juta rupiah? Ternyata ini yang membuat begitu lama.

Sekitar setengah 2 siang akhirnya saya masuk antrian dan mengisi. “Full tank ya mbak” dan petugas pun mengisi. Ketika nominal mencapai sekitar 70 ribu rupiah pengisian tersendat dan berhenti. saya tanya

“Loh kenapa?”
“iya sudah habis”
“hah masa habis, setengah memaksa saya rebut nozzle ternyata betul tidak ada lagi yang keluar”
“baru pertama ngantri solar ya?” tanya operator dengan bersungut-sungut
“iya” jawab saya dengan kesal,bayangkan waktu beberapa jam saya mengantri terbuang sia-sia dan tidak dapat full tank.

Beberapa hari kemudian saya mau tidak mau harus melakukan pekerjaan menjengkelkan ini daripada bisnis tidak jalan.
sebelum truk pengisi datang, dan mobil-mobil bobrok penghisap darah ini ditinggalkan pemiliknya.

Iseng-iseng saya lihat ke dalam kok bisa sih mobil begini bisa mengisi 1,5 – 2 juta rupiah sekali isi? Ternyata pemandangan di dalam mobil mengejutkan saya.

Ya! itu tangki bbm yang sudah dimodifikasi sehingga bisa menampung 100-200 liter solar sekali mengisi, bahkan beberapa mobil dengan terang-terangan membawa beberapa jerigen 50 literan.

Tak heran hanya beberapa mobil bisa menguras habis 5000 liter quota solar untuk 1 SPBU dalam 1 hari saja.

Keistimewaan Mobil-Mobil Penghisap Darah

Sedikit penjelasan mengenai kata2 “mobil bobrok” bukan maksud menghina, kenyataannya mobilnya dalam keadaan bobrok. Bodi karatan, penyok-penyok, bannya miring seperti mau copot, mereka tak perduli, yang penting bisa jalan.

Ketika subuh pagar SPBU dibuka, mereka berebut masuk ke dalam untuk masuk ke depan seperti bom bom car, kadang sampai bertabrakan BAM! dan mereka cuma saling bertatapan cengar-cengir.

Sepertinya sudah sama2 memahami. Mobil2 ini tidak untuk dipakai sehari2 tapi memang khusus fungsinya untuk menghisap solar. Bahkan ada seorang pemilik yang punya beberapa mobil, ketika mesin mobil tak sanggup menyalapun mobil itu didorong bersama-sama yang penting bisa untuk menghisap solar.

Sekali lagi yang penting bisa jalan, walaupun mesinnya mati. Sungguh bentuk kerjasama yang tak patut ditiru.

Tentang SPBU

Tentang SPBU? Jangan bicara tentang “pasti pas”, karena pasti tidak pas hehehe. 100ribu premium biasanya 3/4 indikator disini cuma setengah indikator fuel untuk mobil avanza. Masih dapat premium saja sudah bersyukur.

Tapi, dari 3(tiga) SPBU dalam satu kota, masih ada 1 SPBU yang menolak tangki rakitan dan tidak curang. Bersyukur masih ada 1 yang benar tapi 2/3 nya? Yaah.. Begitulah..

Saya masih bersyukur di kota ini harga masih stabil, tidak seperti saudara kita yang di Papua yang konon bisa sampai 15 ribu rupiah per liter untuk premium.

Singkat cerita, hasil investigasi saya dari kenalan dan warga sekitar.

Pekerjaan mereka setiap hari seperti itu. Membeli solar subsidi dan menjual dengan harga yang lebih murah daripada harga industri kepada tambang liar dan industri sekitar.

Walhasil, saya harus menerima dengan lapang dada dan legowo. Inilah hanya sedikit PR yang harus diselesaikan pemerintahan baru, mampukah penyalahgunaan ini ditindak dan subsidi lebih terarah kepada rakyat yang membutuhkan?

Dulu saya anggap yang tinggal di luar jawa itu pada cengeng, pada tapi pendapat saya berubah setelah saya merasakan sendiri kerasnya kehidupan di luar jawa,  dengan kesulitan bbmnya?

Dengan pemadaman bergilir tiap hari karena listrik PLTD yang belum bisa memenuhi kebutuhan?

Dengan jalanannya yang rusak tidak beraspal padahal Buton di sulawesi dikenal sebagai penghasil aspal?

Subsidi bbm dihapus? tapi kalau dikorupsi ya sama aja bohong!

Lalu bagaimana? kita cuma rakyat kecil yg makan aja susah, silakan yg diatas yg makan enak duduk tenang digaji dari pajak yg kami bayar dari keringat kami yang memikirkan.

Bagaimana pendapat teman-teman semua tentang hal ini?

Source

One thought on “Haruskah BBM Subsidi Dihapuskan dari Negeri Indonesia Ini?

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.